Mengarungi langit di akhir weekend, purnama hiasi malam yang gelap. Keanekaragaman ilmu hiasi
malam menuju syahdu langit, mencoba hadapi gelisah umat, tuk hadapi indahnya
kemenangan teramat. Mulai masuki luasnya tata surya meneropong bagaikan
astronot yang sedang meluncur ke bulan, melihat kecilnya bumi tempat kita
singgah ini, tapi tetap saja tak kurangi rasa kagum dan syukur “bumi tempat
kita tinggal ini syurganya alam semesta” begitu sambung syukur pemateri yang
terus profokasi untuk selami laut yang bernama tata surya itu.
Jalan ilmu memang terkadang sunyi, maka adalah wajar saat sedikit orang yang mengarungi, tapi sejatinya ia selalu menjadi cahaya dalam gelapnya kesunyian ^^
Jumat, 30 Mei 2014
PURNAMA DAN BARAK SOEDIRMAN
Jumat-16 Mei 2014 malam sabtu tepat malam
weekendnya mahasiswa saat itu. Ba’da kumandang adzan Isya parkiran motor depan
barak soedirman (read : sekre) sudah mulai berdatangan. Wilayah sekitar barak
ramai dengan nuansa genjering, kosidah di masjid itu. Betapa indahnya
berlomba-lomba dalam kebaikan dalam naungan islam ini, akhirnya kami ramaikan
barak dengan mencoba mengumbara jauh ke tata surya nan luas itu.
Selasa, 29 April 2014
Menuai Sains Mengenal Tuhan
Menuai Sains Mengenal Tuhan
Oleh
: Halida Rahmi Luthfianti[1]
Siapa yang mengenal dirinya maka
dia akan mengenal Tuhannya
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan
agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta,
termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Ilmu merupakan cahaya
penerang dalam mengarungi lembah kehidupan serta bekal untuk mengenal Tuhan,
atau sarana tentang alam semesta yang diterjemahkan dalam bahasa agar kemudian
dimengerti oleh orang lain.
Pelajar Bekarakter Menuju Jiwa Pelajar yang Akademis “Perkaderan IPM yang ideal untuk membentuk peradaban”
Pelajar Bekarakter Menuju Jiwa
Pelajar yang Akademis
“Perkaderan IPM yang ideal untuk membentuk peradaban”
“Perkaderan IPM yang ideal untuk membentuk peradaban”
(Prasyarat PKTM III PW IPM Jawa Tengah)
Oleh : Halida Rahmi Luthfianti[1]
Kader
secara bahasa artinya penerus. Kader (Perancis:cadre) atau les cadres maksudnya
adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup pimpinan serta
mendampingi kepemimpinan. Tanpa kader kepemimpinan tak akan dapat berjalan
ideal, maka tak salah banyak orang berkata jika kader merupakan jantung
organisasi. Begitupun disebutkan dalam
QS. Al-Fath/48:29 bahwa kader bagaikan flora yang kokoh dan menawan : “….Yaitu
seperti yang mengeluarkan tunasnya, Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya ; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-mukmin). Allah menjajajikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang ssoleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar”
Jika
tumbuhan ingin tumbuh menjadi besar dan kokoh, maka bagaimana menjadikan
tunas-tunasnya agar menjadi lebih kokoh. Begitupun sama halnya dengan suatu
organisasi ketika ingin menjadi suatu organisasi besar dan berkualitas, maka sejatinya
merupakan hal yang wajib untuk kemudian memperkokoh kader sebagai tunasnya.
Perkaderan
ideal merupakan cara bagaimana agar mampu menjadikan kader sebagai tunas-tunas
sebuah organisasi menjadi kokoh, sehingga pada saat tumbuhan itu beranjak besar
bahkan menjadi tua atau kemudian rapuh, maka tumbuhan akan tetap berdiri kokoh
meski diterpa angin sekencag apapun. Sejatinya setiap tumbuhan menolak saat
tumbuhan mulai beranjak menjadi besar akan tetapi tunas, akar, batang bahkan ranting belum cukup kokoh untuk menerpa
ributnya angin yang kian semakin tumbuhan tumbuh semakin kencang pula angin
yang menerpa. Meningkatkan kualitas
kader demi memperkokoh organisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan.
Pelajar
merupakan tunas-tunas yang tepat untuk menjadikan sebuah organisasi kokoh
bahkan berkualitas. Karena pelajar adalah pewaris suatu bangsa[2].
Dewasa kini teknologi semakin maju, globalisasi semakin mencaci, modernisasi
semakin tak berarti bagi mereka yang tak pernah mengambil arti. Dampaknya para
pewaris bangsa malah menjadi salah satu korban dari ketidak berartian ini,
bahkan banyak pelajar yang sudah tak menjadi pembelajar sebagai mana mestinya. Pergaulan bebas, free sex, penggunaan napza, dan
kriminalitas yang didukung oleh kecanggihan teknologi dan komunikasi menambah
gencarnya kebobrokan pelajar. Hal ini seolah menjadi jawaban atas ketidakmampuan pelajar dalam menempatkan diri
sebagai pelajar yang akademis.
Apa jadinya jika tunas-tunas yang seharusnya menjadi pewaris bangsa, malah jadi
pe-miris bangsa?
Maka
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus mampu menjadi garda terdepan dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi pada pelajar masa kini. Revitalisasi kader
di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan jawaban atas kerisauan pelajar
masa kini. Revitalisasi kader adalah penyiapan atau peningkatkan kader menjadi
tunas-tunas yang kokoh dan berkualitas.
Ada
dua hal yang ingin penulis sampaikan terkait metode revitalisasi kader di
Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini, yakni pertama
adalah pendidikan kaderisasi formal yang ada di IPM dan kedua adalah gerakan yang
kemudian membuktikan jiwa pelajar yang akademis. Pun dua output yang kemudian akan
didapat dari revitalisasi kader ini, yakni pelajar berkarakter dan pelajar yang
akademis. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengorek
kaderisasi formal di Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang kemudian akan menjadi
loncatan awal mula character building
ini dibangun, yakni Pelatihan Kader Taruna Melati dan Gerakan Pelajar Berkemajuan
dengan komunitas kreatifnya[3].
Gelitik yang Produktif, bukan kritik yang konsumtif #latepost
Gelitik yang
Produktif, bukan kritik yang konsumtif
Hijaunya alam, birunya langit,
luasnya lautan tak kan pernah kandas menjulang dari Sabang sampai Merauke.
Meski mereka yang terus mengkotori tanah nan damai ini, saksi agung
burung-burung cantik, gaungan sang raja hutan, gemercik air pada indahnya alam,
bahkan gelitikan semut-semut kecil menjadi saksi akan segala perlakuan yang
mampu mengkotori tanah Agung ini.
Mengamuknya alam tanda hukuman
untuk mereka yang tak mampu mencintai dan merawat kekayaan yang telah Tuhan
berikan. Saksi mereka adalah saksi agung. Saksi yang tak kan pernah lekang
hingga dedaunan dan rerumputan menjadi hijau kembali. Gersangnya padang rumput
tanda tetesan air mata mereka yang saat ini menyaksikan keadaan Negeri. Mereka
hanya asik dengan caciannya, tanpa ada relevansi terhadap tanah ini. Bahkan
rasa syukur pun hanya segelintir orang yang terucap dari mulutnya. "AKU
CINTA NEGARAKU!!" adalah satu tanda syukur kita yang paling minim, minimal
mengantarkan energi positif kepada bangsa ini.
“Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Bukan Pahlawan Berjas dan ‘Berjasa’ ” Teacher I Heart You
“Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa, Bukan Pahlawan Berjas dan ‘Berjasa’ ”
Teacher I Heart You
Oleh : HALIDA RAHMI LUTHFIANTI
(H1E12005)
Mahasiswa Fisika, Fakultas
Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman
RINGKASAN
“Guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa” . Kalimat yang tak lagi asing di telinga kita
semua. Sang Pahlawan yang hendak selalu ikhlas dalam menjalankan segala
tugasnya. Sang pahlawan pejuang bangsa, penghapus kutu-kutu di sayap sang
Garuda, hingga Garuda mampu kepakkan sayapnya untuk terbang arungi langit di
atas sana.
Pahlawan
adalah mereka yang berjuang membangun bangsa ini, hingga menjadi satu bangunan
yang kokoh, tanpa ada semangat yang roboh. Namun
yang perlu ditekankan yakni pahlawan bukanlah orang yang sempurna, bukan pula seseorang
yang tanpa cela, ataupun tanpa dosa. Dia tidak selalu benar dalam berikrar dan dia
memiliki batasan dalam kemampuan. Maka wajar bila terkadang ia terkapar.
Anak
didik tak peduli seberapa pintar gurunya, yang terpenting adalah ia mampu
menjadikan model bagi mereka untuk menjadi lebih baik dan penuh inspirasi. Seorang guru tidak hanya memilki satu peran saja
tetapi sesungguhnya banyak peran yang diemban oleh seorang guru[1].
Guru memiliki peranan sebagai pendidik dan pembimbing dalam pengalaman belajar.
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di
luar fungsi sekolah. Selain sebagai pendidik guru pun harus menjadi seorang
pelajar dalam artian seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan
dan keterampilan. Ya, mereka Sang Pahlawan tanpa tanda jasa.
Langganan:
Postingan (Atom)