Beranda

Followers

Selasa, 29 April 2014

Pelajar Bekarakter Menuju Jiwa Pelajar yang Akademis “Perkaderan IPM yang ideal untuk membentuk peradaban”

Pelajar Bekarakter Menuju Jiwa Pelajar yang Akademis
“Perkaderan IPM yang ideal untuk membentuk peradaban”
(Prasyarat PKTM III PW IPM Jawa Tengah)

Oleh : Halida Rahmi Luthfianti[1]

Kader secara bahasa artinya penerus. Kader (Perancis:cadre) atau les cadres maksudnya adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup pimpinan serta mendampingi kepemimpinan. Tanpa kader kepemimpinan tak akan dapat berjalan ideal, maka tak salah banyak orang berkata jika kader merupakan jantung organisasi.  Begitupun disebutkan dalam QS. Al-Fath/48:29 bahwa kader bagaikan flora yang kokoh dan menawan :  “….Yaitu seperti yang mengeluarkan tunasnya, Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya ; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-mukmin). Allah menjajajikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang ssoleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”

Jika tumbuhan ingin tumbuh menjadi besar dan kokoh, maka bagaimana menjadikan tunas-tunasnya agar menjadi lebih kokoh. Begitupun sama halnya dengan suatu organisasi ketika ingin menjadi suatu organisasi besar dan berkualitas, maka sejatinya merupakan hal yang wajib untuk kemudian memperkokoh kader sebagai tunasnya.

Perkaderan ideal merupakan cara bagaimana agar mampu menjadikan kader sebagai tunas-tunas sebuah organisasi menjadi kokoh, sehingga pada saat tumbuhan itu beranjak besar bahkan menjadi tua atau kemudian rapuh, maka tumbuhan akan tetap berdiri kokoh meski diterpa angin sekencag apapun. Sejatinya setiap tumbuhan menolak saat tumbuhan mulai beranjak menjadi besar akan tetapi tunas, akar,  batang bahkan ranting belum cukup kokoh untuk menerpa ributnya angin yang kian semakin tumbuhan tumbuh semakin kencang pula angin yang menerpa.  Meningkatkan kualitas kader demi memperkokoh organisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan.

Pelajar merupakan tunas-tunas yang tepat untuk menjadikan sebuah organisasi kokoh bahkan berkualitas. Karena pelajar adalah pewaris suatu bangsa[2]. Dewasa kini teknologi semakin maju, globalisasi semakin mencaci, modernisasi semakin tak berarti bagi mereka yang tak pernah mengambil arti. Dampaknya para pewaris bangsa malah menjadi salah satu korban dari ketidak berartian ini, bahkan banyak pelajar yang sudah tak menjadi pembelajar sebagai mana mestinya. Pergaulan bebas, free sex, penggunaan napza, dan kriminalitas yang didukung oleh kecanggihan teknologi dan komunikasi menambah gencarnya kebobrokan pelajar. Hal ini seolah menjadi jawaban atas ketidakmampuan pelajar dalam menempatkan diri sebagai pelajar yang akademis.  Apa jadinya jika tunas-tunas yang seharusnya menjadi pewaris bangsa, malah jadi pe-miris bangsa?

Maka Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus mampu menjadi garda terdepan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada pelajar masa kini. Revitalisasi kader di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan jawaban atas kerisauan pelajar masa kini. Revitalisasi kader adalah penyiapan atau peningkatkan kader menjadi tunas-tunas yang kokoh dan berkualitas.

Ada dua hal yang ingin penulis sampaikan terkait metode revitalisasi kader di Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini, yakni pertama adalah pendidikan kaderisasi formal yang ada di IPM dan kedua adalah gerakan yang kemudian membuktikan jiwa pelajar yang akademis. Pun dua output yang kemudian akan didapat dari revitalisasi kader ini, yakni pelajar berkarakter dan pelajar yang akademis. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengorek kaderisasi formal di Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang kemudian akan menjadi loncatan awal mula character building ini dibangun, yakni Pelatihan Kader Taruna Melati dan Gerakan Pelajar Berkemajuan dengan komunitas kreatifnya[3].

Pertama, Taruna melati merupakan kaderisasi formal yang wajib diikuti di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari tingkat Ranting hingga Pusat. Taruna Melati (TM) adalah komponen utama system pengkaderan IPM yang diselenggarakan dalam kesatuan waktu tertentu untuk mempersiapkan Kader Ikatan dan atau Kader Pimpinan IPM, agar kemudian Terbentuknya Kader IPM yang memiliki sikap, pemikiran dan prilaku sesuai dengan kepribadian muhammadiyah serta berkecakapan melakukan fungsinya sebagai Kader IPM.[4] Pada hakikatnya Taruna Melati ini tak hanya mendengarkan ceramah selama beberapa hari di suatu ruangan sambil ngantuk atau bahkan suntuk. Akan tetapi jauh lebih dari itu Taruna Melati bisa diartikan sebagai kawah candradimuka, yakni peserta didik datang, membawa segenap potensi yang belum diasah, dan pulang dengan secercah harapan yang menunjukkan beberapa potensi yang kemudian lebih terlihat[5] .

Tentunya hal ini akan didapatkan ketika Taruna Melati tak hanya sekedar dilaksanakan karena formalitas yang ada, tapi bagaimana esensi dari kaderisasi bisa didapatkan. Sejatinya konsepan terbaik sudah disusun dengan berbagai otak cerdas kader IPM se-Indoonesia yang kemudian tertuang di SPI, maka kemudian bagaimana level pimpinan meaplikasikannya sesuai dengan kebutuhannya.

Menurut Reber dalam Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan, dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Pada hakikatnya dua hal ini ada dalam tubuh perkaderan Taruna Melati, mulai dari pemahaman materi lewat evaluasi pree test, midle test, dan post test, kecakapan berbicara dan pengasahan intelektual lewat monitoring dan diskusinya, keakrabandan kebersamaan lewat ice breaking, out bond, bahkan gamesnya, kepemimpinan lewat tim-tim yang telah dibentuk, dan banyak lagi konsep yang mengantarkan peserta agar kemudian menggelitik bakat yang terpendam agar muncul ke permukaan. Taruna Melati tak hanya berakhir di beberapa hari saja, tapi ia mampu mengaplikasikan segala materi yang didapat pada beberapa hari itu di kegiatan follow up setelah Taruna Melati dilaksanakan, baik itu dengan mengadakan kegiatan atau berupa sekolah kader yang merupakan pengenalan lebih dalam terhadap materi-materi yang lebih detail dan penambahan lebih komprehensif tentang segala pengetahuan yang dibutuhkan sebagai seorang pelopor, pelangsung, dan penyempurna amanah. Bakat-bakat terpendam para peserta didik kemudian bisa dikembangkan melalui hubungan relasional dalam IPM, entah itu kelebihan intelektual, spirirtual, kepemimpinan, estetik, kinestetik, ataupun psikomotorik. Hal ini bisa terwujud karena IPM memilik bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI) untuk menampung pelajar yang memiliki potensi yang lebih dalam ranah spiritual, bidang Perkaderan untuk pengembangan kepemimpinan dan pengembangan sumber daya manusia, bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) untuk mengembangkan intelektualitas kader, bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga (ASBO) yang tepat bagi para calon seniman dan olahragawan, bidang Kewirausahaan untuk melatih kemandirian dan kreativitas pelajar dalam bidang ketahanan ekonomi, dan bidang-bidang yang lain tergantung kebutuhan local atau membuka peluang penambahan atas dasar kearifan lokal.[6]

Karakter merupakan pondasi suatu gerakan agar kelak menjadi kokoh. Karakter merupakan aspek wajib yang harus dimiliki oleh setiap pelajar, ya tentunya karakter yang baik. Pada kaderisasi formal inilah pembelajaran ideal dan karakter pelajar akan didapatkan. Maka setelah melalui “pembelajaran” sampai kepada hasil belajar yang diperkuat dengan melakukan follow up tadi, mulai muncullah karakter seorang pelajar yang tahu akan bakat yang ia miliki dan karakter dirinya sendiri bahkan orang lain.

Kedua, setelah pelajar mengetahui apa yang menjadi bakat dan minatnya, Ikatan Pelajar Muhammadiyah tidak hanya berhenti mewadahi dengan bidang-bidangnya, tapi Ikatan Pelajar Muhammadiyah harus mampu mewadahi bakat dan minat hingga pada spesifikasi minat yang terfokus. Bahkan menjadi butir-butir prestasi yang mampu berikan solusi bagi kondisi pelajar zaman sekarang.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah sudah terlalu lama merasa besar di kandang sendiri, akibatnya gerakan tidak menyentuh kepada basis masanya yakni pelajar. Yang kemudian IPM hanyalah bagaikan matahari, pepohonan, rerumputan, yang bergerak dalam sunyi.[7] Maka saatnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah mulai membuktikan kepada cakrawala yang lebih luas dengan segala kemampuannya lewat Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) ini.

GPB ialah gerakan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 dan 110. GPB mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahiran Muhammadiyah tahun 1912 dan IPM tahun 1961. GPB membawa ideologi kemajuan yang melahirkan pencerahan bagi kehidupan pelajar. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan dimana penggunaan akal pikiran dan ilmu pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, Sehingga GPB berorientasi pada pencerdasan, pemberdayaan dan pembebasan.[8]

Sebuah generasi membentuk identitas kolektifnya dari sekumpulan pengalaman yang sama, yang melahirkan ”sebuah identitas dalam cara-cara merespons, dan rasa keterikatan tertentu dalam suatu cara di mana semua anggotanya bergerak dengan dan terbentuk oleh kesamaan pengalaman-pengalaman mereka”.[9] Semakin banyak kesamaan identitas (bakat, minat) maka suatu ikatan akan semakin kokoh menuju fase, tantangan, hambatan, terpaan angin berikutnya. Maka dengan gerakan ini pelajar dapat menunjukan kembali identitas pelajar yang akademis.

Pada akhirnya bahwa kedua fase di atas merupakan sesuatu yang mustahil terwujud jika kita hanya terbelenggu pada ke-formalitas-an saja, tapi jauh lebih dari itu bagaimana hingga mampu mengambil esensi atau makna setiap aksi yang dilakukan pada kedua fase di atas. Maka Taruna Melati tidak lagi dijadikan ajang formalitas kelulusan sekolah atau sekedar merealisasikan program kerja atau bahkan menjadi ajang peloncoan, begitupun gerakan pelajar berkemajuan yang mulai diangkat pada Muktamar ke XVIII di Yogyakarta tidak hanya menjadi untaian kata yang hanya mampu singkirkan debu-debu di sekitar  buku saja, yang artinya hanya sekedar bacaan tak menjadi ratapan, maka untaian kata yang menjadi teori hebat ini harus mampu singkirkan debu-debu hingga masyarakat umumnya, pelajar khususnya. Dengan revitalisasi kader dengan mengupas kembali kaderisasi formal ikatan dan ciri khas gerakan di Ikatan Pelajar Muhammadiyah mampu menjadikan pelajar kembali menunjukan identitasnya sebagai pelajar yang akademis dan berkarakter.



Pelajar berkarakter menuju jiwa pelajar yang akademis………………
“Jangan ngaku aktivis, kalo prestasi miris akademis tipis” (halida, 2014)




[1] Kabid Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) PD IPM Banyumas Periode 2013-2015
[2] Erizal, 2013
[3] Azaki, 2013
[4] SPI biru laut
[5] Hamdan, 2009
[6] Hamdan, 2009
[7] Azaki, 2013
[8] Tanfidz Muktamar XVIII
[9] Karl Manheim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar