Pelajar Berkemajuan : yang Bertahan yang Menemukan Sukses Lewat Passion
Oleh : Halida Rahmi Luthfianti*
Tibalah saatnya perhelatan akbar Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke XX yang digelar di Samarinda. Dua tahun selalu menjadi cerita berharga bagi yang menghargai, cerita indah bagi yang mengindahkan, cerita kecewa bagi yang mengecewakan, cerita menyakitkan bagi yang menyakiti. Ini tentang bagaimana kita bersikap, berbeda pandangan sudah biasa, justru perbedaan yang membuka dialog keterbaharuan dapat terlahir, maka ini merupakan bagian dari dinamika organisasi. Akan tetapi tidak untuk dipertontonkan pada masyarakat umumnya, macam acara yang sempat ramai pasca aksi damai 4 november 2016 lalu. Hanya akan menimbulkan perpecahan dalam tubuh semata. Hmm..
IPM dari masa ke masa selalu mengalami perubahan paradigma yang berdampak terhadap perubahan gerakan, strategi dan agenda aksi. Beruntung bagi yang mengilmui, hambar bagi yang hanya mengikuti arus, apalagi yang tidak mengilmui dan tidak mengikuti arus. Tapi, well, semuanya adalah proses untuk menjadi terbaik, maka yang merugi adalah yang tidak bergerak sama sekali.
IPM hari ini tidak akan terlepas dari sejarah. Sejarah dan perkembangannya dari masa ke masa berpengaruh terhadap perkembangan gerakan IPM (genealogi gerakan). Perkembangan zaman dari masa ke masa begitu cepat, membuat IPM juga perlu merespon cepat dalam menentukan arah gerak dakwah yang relevan dengan zamannya. Adapun uraian singkat perkembangan IPM hingga hari ini menegaskan sebagai Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) adalah sebagai berikut :
•Sebelum
1998: 3T (ibadah, belajar,
dan organisasi)
•Muktamar
XII 2000 (Jakarta). Keraguan IRM
(Aklamasi)
•Muktamar
XIII 2002 (Jogja):
gerakan
kesadaran
kritis, (Mansour
Fakih)
•Muktamar
2004 XIV (Bandar Lampung): Manifesto Gerakan
Kritis-Transformatif,
“Penyadaran,
Pembelaan,
dan
Pemberdayaan”
3P,
•Muktamar
2006 XV (di
Medan), model GKT dengan
adanya
program-program konkrit
agenda aksi
dari
GKT, serta
Lokus
Gerakan
dan
Basis Masa.
•Muktamar
2008 XVI (Solo) IRM menjadi
IPM kembali.
Karena
itu,
dengan
tema
Gerakan Pelajar Baru,: Muqaddimah
Anggaran
Dasar
IPM, Kepribadian
IPM, Janji
Pelajar
Muhammadiyah,
serta
agenda aksi
untuk
pelajar.
•Muktamar 2010 XVII (Bantul)
Gerakan
Pelajar
Kreatif
(GPK) sebagai
model GKT aplikatif dengan
komunitas-komunitas
based on hobby .
•Muktamar 2012
XVIII (Palembang), mempertegas Gerakan Pelajar Baru : Paradigma Gerakan Pelajar Berkemajuan
•Muktamar 2014 XIX (Jakarta), mempertegas Gerakan Pelajar Berkemajuan : Paradigma Gerakan Ilmu
(Azaki, 2016)
Munculnya Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) tidak terlepas dari perkembangan dakwahnya Muhammadiyah. Pasca muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar, Muhammadiyah menegaskan dirinya sebagai gerakan Islam Berkemajuan. Islam berkemajuan sejatinya bukan hal yang baru, spirit islam berkemajuan sudah ditanamkan sejak KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Memulai menggunakan bangku untuk belajar, mulai belajar ilmu 'umum', menjadikan musik sebagai sarana untuk belajar, dan lain-lain, hingga hari ini terejawantahkan oleh Muhammadiyan dalam bentuk PKU, panti asuhan, sekolah, BMT dan lain-lain. IPM merupakan organisasi otonom Muhammadiyah di kalangan pelajar, maka tujuan IPM adalah pengejawantahan tujuan Muhammadiyah di kalangan pelajar. GPB merupakan gerakan dakwah Muhammadiyah ala IPM.
Salah satu spirit yang diangkat dari GPB adalah gerakan yang berbasis pada hobi/bakat minat/passion, GPB menjadikan etos sharing (berbagi) dan kolaborasi (Materi Muktamar XX IPM, 2016) sebagai cara untuk menemukan bakat dan minat diri (passion). Kedua etos ini sebenarnya sudah dilakukan KH. Ahmad Dahlan dalam membesarkan Muhammadiyah, akan tetapi kita sering melupakannya, sehingga besar di rumahnya sendiri menjadi penyakit akut di tubuh IPM. Etos sharing merupakan cara kader IPM dalam menemukan inspirasi dari potensi yang dimilikinya, dan etos kolaborasi adalah cara kader IPM dalam mengembangkan potensi hebat yang dimiliki. Sudah terlalu lama IPM merasa besar di rumahnya sendiri, padahal bakat dan minat kader-kader IPM sejatinya sangat berpotensi untuk dikembangkan dan mampu bersaing dengan kebanyakan orang, akan tetapi kurangnya etos sharing dan kolaborasi menjadikan IPM kurang 'menampilkan' potensi besar yang dimilikinya.
Potensi tidak akan ditemukan tanpa dicari, tanpa berproses. Ber-IPM adalah berproses, yakni berproses untuk menemukan potensi/passion dirinya kemudian dikembangkan untuk menjadi ahli. Sejatinya passion merupakan anugerah Allah yang patut dicari dan disyukuri. Berprestasi dan menjadi ahli dalam bidangnya adalah cara bersyukur terbaik bagi kader IPM, karena hidup di dunia hakikatnya untuk semakin mengenal Sang Pencipta dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Ketika 'Aisyah ditanya: "Siapa yang paling tahu Tuhannya?"
'Aisyah menjawab: "Yang paling tahu dirinya sendiri."
(lihat: al-Jiddu al-Hatsiits Fii Bayaani Maa Laisa Bi al-Hadiits, karya Ahmad al-Ghazzi, hadits ke: 524; Kasyfu al-Khafaa', karya al-'Ajulaanii, hadits ke: 2532; ..dll.).
Maka siapa yang mengenal dirinya, dia yang semakin mengenal Tuhannya atau semakin dekat dengan Tuhannya. Mencari jati diri untuk menemukan potensi merupakan salah satu cara terbaik kader IPM untuk mengenal dirinya. Karena semakin mengenal diri akan semakin mengenal potensi besar yang dimiliki. Dan semakin mengenal potensi yang dimiliki adalah jalan menuju ahli, karya, dan manfaat. Menjadi seorang yang ahli dalam bidangnya adalah modal untuk berkarya/berinovasi, berkarya adalah langkah sukses mencapai kebermanfaatan bagi umat. Itulah dakwah..
"Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggu saat kehancurannya" (HR. Bukhari)
Pelajar Berkemajuan adalah mereka yang berproses di IPM dalam menemukan potensi dirinya, kemudian berkarya dan menjadi ahli. Akan tetapi tetap ada ideologi yang harus dijaga dan disebarkan, sehingga IPM secara kelembagaan yang memiliki struktural bidang tetap dan terus eksis. Bidang-bidang yang ada di IPM menjadi tempat untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki setiap kadernya. Maka, Ber-IPM adalah ber-karya..
Jika sudah menemukan passion dirinya, maka belajar tidak lagi hanya sebatas mencari nilai ber-angka, akan tetapi belajar sampai pada tahap ber-nilai tanpa angka. Tidak hanya sekedar mendapat nilai dengan angka yang bagus karena telah menyelesaikan per-soal-an di atas kertas, tapi sampai pada tingkat berkarya/berinovasi untuk menyelesaikan per-soal-an yang riil terjadi di masyarakat. Itulah manfaat, itulah dakwah..
Pada akhirnya yang bertahan (menjaga ideologi) adalah yang menemukan kesuksesan atau kebermanfaatan lewat passion yang dimilikinya. IPM merupakan tempat untuk berproses menemukan passion yang sudah dianugerahi Alloh SWT, sebagai alat dalam menggapai sukses dan semakin mengenal Sang Maha Pencipta..
Itulah dakwah.
Nuun wal qalami wamaa yasthuruun..
Terima kasih IPM..
Terima kasih IPM..
Terima kasih Persyarikatan Muhammadiyah..
SELAMAT DAN SUKSES MUKTAMAR IPM KE XX
"Menggerakkan Daya Kreatif, Mendorong Generasi Berkemajuan"
Samarinda, 12-16 Shafar 1438H/12-16 November 2016
Pare Kediri, 11 / 11 / 2016
Halida Rahmi Luthfianti
*Sekretaris Koordinator Korp Fasilitator PW IPM Jawa Tengah 2015-2017
*Kader yang belum ada apa-apanya untuk IPM -_-
|
mantap halida
BalasHapuswah iki ambar po? tak kiro sopo :D
Hapusmatur nuwun ambarr, sudah mampirrr :D
Hapusiya hal,,,,sama sama,,,aku lagi nyari tombol follow tapi belum nemu nih
Hapuskeren!
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan mampirr tulisan saya :)
HapusKerenn !! ;-)
BalasHapusKerenn !! ;-)
BalasHapus