Beranda

Followers

Rabu, 18 Desember 2019

Senin, 13 Mei 2019

Mengembalikan Semangat – Melewati Masa Hamil Sambil Kuliah

Sebelum beranjak ke tulisan selanjutnya, di sela-sela anak bayi bobok, coba sempetin corat coret lagi. Beberapa waktu lalu tersadarkan sama teman-teman yang lagi aktif kuliah, kalo mereka lagi pada sibuk UAS, tandanya semester genap akan segera berakhir, dan masa cuti akan segera selesai. Ada mental yang perlu dipersiapkan untuk kembali menjalankan peran ganda, menjadi Ibu plus mahasiswa. Sebagai manusia, tiba-tiba muncul segala kekhawatiran. Jadi mahasiswa doang aja kadang masih keteteran, apalagi tambah peran. Jadi ibu doang kadang masih suka kagetan, apalagi tambah peran. Beberapa waktu lalu, juga sempat berada pada keadaan yang sama, melakukan peran ganda, hamil sambil kuliah! Pun dengan segudang kekhawatiran sebelum memutuskannya, hamil anak pertama, belum pengalaman, kuliah padat semester awal, fisik yang belum kembali fit, tempat tinggal, harus Long Distance Merriage (LDM) dengan suami (baca juga tulisan suami tentang LDM : Menuju Purnama Pertama LDM) dan kekhawatiran lainnya. Tidak boleh ada yang dikesampingkan, keduanya adalah kebaikan, tentu tidak saling menjadi alasan. Rasa khawatir pada sesuatu yang "tidak biasa" (mungkin) adalah wajar, tapi harus segera ditepis dengan mengembalikan pada tekad kuat yang pernah tertanam dalam diri. Untuk mengembalikan keyakinan dan tekad, perlu mengingat beberapa bulan yang lalu, saat keyakinan memutuskan untuk menjalankan kuliah sembari hamil.

Pertimbangan kesehatan menjadi hal paling utama, yang saat itu (qodarulloh) di awal kehamilan muncul flek dan kadang mual, bahkan saat daftar ulang masih keluar flek. Kekhawatiran mulai menghantui, gimana kalo kuliah nanti? “Flek itu obatnya bedrest, Mba” kata dokter. Sedangkan kuliah pasti banyak aktivitas. Keduanya tidak boleh ada yang dikesampingkan, tapi juga tidak ngoyo (berlebihan). Yang cukup-cukup aja, gizi cukup, istirahat cukup, belajar juga cukup, sesuai porsi. Mencoba mengusahakan tugas agar tidak merampas hak waktu tidur malam, begitupun sebaliknya. Air minum dan camilan selalu menjadi teman yang selalu ada saat ngampus, hal tersebut dalam rangka memenuhi hak tubuh yang sedang hamil. Di sela-sela mata kuliah kosong, selalu menyempatkan untuk istirahat walau hanya selonjoran di kursi kelas. Dan menjadi mahasiswa kali ini saya memilih untuk menjadi mahasiswa yang setelah kuliah langsung pulang kosan, kupu-kupu hehe. Semuanya adalah bagian dari ikhtiar atas jalan keyakinan yang sedang ditempuh.  Maka, tantangan paling sulit adalah ikhtiar untuk menyeimbangkan semuanya.

Saya mulai kuliah di usia kehamilan 3 bulan menuju 4 bulan (boleh mampir ke tulisan ini : Trimester Pertama dan Keputusan yang Harus Disegerakan). 12 sks mata kuliah di semester satu, ekspektasinya, akan ada banyak waktu luang untuk istirahat, memanjakan diri, atau sekedar senam-senam ala bumil. Realitanya, 12 sks serasa 24 sks, full senin - jumat, dengan segudang tugas. Sebenernya 24 jam itu panjang, tapi kita aja (tepatnya saya hehe) yang kadang kebanyakan leisure time nya, buka medsos, ngepoin ini itu, tau-tau berjam-jam udah berlalu. Terus baru niat nugas aja, banyak banget alesannya "bentar, jajan ini dulu biar melek. Kayaknya perlu rebahan dulu deh, biar makanannya turun. Buka-buka i* dulu ah bentar". Eh, pas waktunya nugas, baru setengah jam, udah ngantuk. Dan dari setengah jam nugas, mungkin fokusnya beberapa menit doang hehe. Tapi sisi lain, tugas demi tugas mengalihkan saya pada keluhan-keluhan ibu hamil pada umumnya, 3 bulan pertama gak banyak aktivitas, malah terasa lebih lama, keluhan-keluhan ada aja yang dirasa, sedang bulan-bulan berikutnya yang nyambi kuliah terasa lebih cepat, tau-tau udah bulan kedelapan, masa hamil akan segera berakhir, pun beriringan dengan berakhirnya kuliah semester 1. Terima kasih tugas, hmm.

32 Weeks

Jumat, 15 Maret 2019

Makna Sebuah Nama – Tsaqib Ahsana Lubab


Beberapa bulan terakhir di masa kehamilan sebagai calon orang tua, tentunya mulai memikirkan nama terbaik untuk anaknya. Di usia kehamilan 6 bulan dilakukan USG, dek bayi masih belum mau ngasih tau jenis kelaminnya, di usia 7 bulan pun masih begitu. Di usia kehamilan 8 bulan akhirnya dokter memprediksi dek bayi perempuan, walaupun masih prediksi kasar, karena dek bayi nutupin terus alat kelaminnya. Oke, mungkin mau kasih surprise kali ya, atau biar calon ibuk dan ayahnya belajar kreatif dalam mempersiapkan kehadirannya, termasuk nyiapkan nama.

Sebagai seorang manusia tentunya punya keinginan, anak cewe atau cowo, Saya cenderung pengen laki dan Pak Suami cenderung pengen perempuan. Walaupun pada akhirnya, tentu, yang paling penting adalah kesehatan dan keselamatannya, apapun jenis kelaminnya, sebab itu point kebahagiaan paling utama dari sekedar keinginan laki atau perempuan.

Jadilah kami menyiapkan dua nama, satu laki dan satu perempuan. Kami utamakan cari nama buat perempuan dulu, karena mengacu hasil prediksi kasar dokter. Nama perempuan sudah final sejak awal, sedangkan nama laki masih belum final, hingga usg terakhir di bulan ke-sembilan. Dan USG terakhir ini dokter memprediksi kalau dek bayi adalah bujang.

“ini udah kelihatan jelas lakinya bu” kata dokter

Oke, kami segera finalisasi nama dek bujang. 

Tsaqib, berasal dari QS. Ath-Thariq : 3, an-najmu tsaqib artinya bintang yang bersinar. Sesuatu yang bersinar selalu identik dengan terang, mencerahkan. Jika sesuatu yang dilakukan oleh manusia menyebabkan cerah, maka kata yang dilakukannya adalah sebuah pencerahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “pencerahan” artinya proses, cara, perbuahkan” (kata kerja) mengandung makna menjadikan (menyebabkan) cerah (tidak suram, jernih, dan sebagainya). Kata “cerah” senapas dengan “terang”, “sinar”, “jernih”, lawannya  “gelap”, “keruh”, “suram”. Di sisi lain, cerah identik dengan berani. Keberanian untuk mendobrak segala kemungkaran, kejumudan, agar kelak melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik dan menebar sinar kebermanfaatan yang menerangi diri dan sekitarnya.

Ahsana, secara bahasa ahsana merupakan bentuk fi’il muta’adi atau aktif transitif ahsana-yuhsinu-ihsanan yang artinya memperbaiki, membaguskan. Makna tersiratnya, memperbaiki dan membaguskan diri dalam dimensi akhlaq atau budi. Tidak sedikit orang yang memiliki pengetahuan tinggi tapi tidak memiliki budi baik, akibatnya kemampuan akalnya tidak digunakan untuk kemashlahatan manusia lainnya, malah tumbuh menjadi manusia-manusia yang takabur. Tingginya akal yang diimbangi dengan ketinggian budi (akhlaq baik), akan bermuara pada kebaikan, kebijaksanaan dalam mengelola akal. Pada akhirnya kemashlahatan tidak lagi menjadi barang mahal dari mereka yang memiliki akal cerdas.


Lubab, berasal dari kalimat ulil albab, menurut ensiklopedia bahasa ulu albab terdiri dari dua kata,  yaitu  “Ulu” jamak dari kata ala  dan  al-albab  jamak dari  kata  al-lubb. Kata ala, berarti ahlu (keluarga, sanak, kaum kerabat).  Sedangkan al-lubb berarti al-‘aqlu (akal), al-qalbu (hati), lubab (bagian terpenting), atau jawhar (inti).  Sehingga Ulu Albab diartikan orang-orang yang berakal. Menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah arti orang berakal pada kalimat ulu albab, adalah sangat berkaitan dengan spiritualitasnya. Semakin cerdas akalnya semakin dekat dengan Rabb-nya. Lubab artinya bagian terpenting, ditunjukkan kepada kecerdasan akal. Yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal, maka akal menjadi bagian terpenting dalam diri setiap manusia. Dalam Al Quran kalimat ulu albab disebutkan sebanyak 16 kali. Salah satunya inspirasi itu muncul dari QS. Ali Imron 190. Ayat yang pertama kali kami lantunkan saat mulai mengetahui ada janin yang Alloh titipkan, sambil meneteskan air mata, kemudian dilanjutkan dengan empat ayat berikutnya. Ayat berikut mengisyaratkan bahwa betapa kuasa Alloh itu sangat agung, termasuk dalam proses penciptaan manusia. Sperma yang telah berjuang memenangkan kompetisinya dengan beribu-ribu bahkan berjuta sperma lainnya untuk bertemu dengan sel telur (ovum), menempel di dinding rahim, berkembang menjadi zigot, kemudian terus berkembang menjadi insan yang Alloh tiupkan ruhnya sejak dalam kandungan, dan lahir ke dunia dengan dikaruniai potensi akal, hati, fisik untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ard (pemimpin di muka bumi), juga kewajibannya untuk beribadah kepada Alloh. Semua proses tersebut merupakan sumber pengetahuan (potensi akal), yang sejatinya semakin dimaknai, semakin mendekatkan diri kepada-Nya, semakin takjub akan kuasa-Nya, itulah makna lubab yang diambil dari kalimat ulu albab.

Maka, ada do’a yang kami sisipkan dalam namanya Tsaqib Ahsana Lubab ; anak laki-laki yang mencerahkan, cerdas akal tetapi tetap berbudi baik. Selamat mengarungi dunia untuk akhiratmu, Nak! Semoga kelak kau tumbuh menjadi insan yang menerangi diri dan sekitarmu, yang membawa mashlahat juga kebermanfaatan.

Kamis, 14 Maret 2019

Birth Story - Si Penuh Kejutan



Sampai usia kandungan 8 bulan lebih di USG masih belum kelihatan jelas laki-laki atau perempuan, sempat diprediksi perempuan, bukan karena kelihatan tanda-tanda perempuan tapi karena gak kelihatan tanda laki. Oke, si bayik mau bikin surprise ayah ibuknya. Jadilah kami nyiapkan 2 nama, dan segala macam perlengkapan yang gak cewek2 banget juga gak cowok2 banget.

Selasa, 22 Januari 2019.
Terakhir USG buat mastikan kesehatan, posisi, dan kesiapan buat lahiran. Alhamdulillah semua aman, sehat, tinggal suruh diet aja, karena berat bayik udah hampir 3 kg, sedang HPL masih 12 Februari 2019. Oke, optimis lahiran normal, nyaman, minim trauma kayak di buku2 hypnobirthing yang pernah dibaca. Dan USG terakhir ini dokter yakin kalo si bayik adalah laki. Oke.

Sabtu, 26 Januari 2019

02.00 - Pengen pipis, bangun, tiba-tiba ada yang mrembes di celana, lihat dari jenis dan banyaknya cairan yang keluar, langsung nyangka kalo ini ketuban pecah dini, mencoba nenangin diri, kontak bidan, optimis lahiran normal walaupun kayaknya gymbal gak bakal kepake pas kontraksi, karena kudu serba hati-hati ngurangin gerak biar air ketuban gak makin banyak keluar.
Habis subuh ke bidan, masih aja belum ada mules2, sedang air ketuban terus ngalir.
Ditunggu sampai jam 8 kalo masih belum ada mules dirujuk ke RS. Padahal sejak hamil sebisa mungkin gak pengen lahiran di RS, gak tau kenapa, kayaknya bikin horor aja.

08.00 - masih aja blm ada mules, dirujuk ke RS, masuk IGD, diinduksi, masuk ruang persalinan. Karena air ketuban udah banyak keluar, hari itu juga bayik harus keluar, dikasih batas waktu sampe 19.00, kalo masih belum keluar diputuskan SC. Lemes sih pas denger opsi itu. Tapi, Oke, apapun yang terjadi, tugasnya manusia ikhtiar. Lupakan debat panjang antara lahir SC dan normal, mencoba pasrah seikhlas2nya apapun jalannya nanti, yang penting ibuk dan bayik selamat, sehat.


11.00 - mulai mules, masih bisa kontrol, optimis, walaupun ketuban terus-terusan ngalir.

14.00 - mules makin menjadi, dicek bidan pembukaan 4, rada lega, ada peningkatan dari ikhtiar yang dilakukan.

15.00 - pembukaan 8, makin optimis, masih bisa ngasih afirmasi positif walaupun mules udah makin dahsyat.

16.00 - pembukaan 10, lengkap.

16.00 - 18.00 masih bisa ngepal tangan kek orang mau demo, tanda semangat buat ngejan kesekian kalinya, so so.an ngasih afirmasi positif sama diri kalo pernah jadi pesilat tapak suci wkwk, coba segala gaya, ngejan sekuat tenaga, tapi tetep aja bayik gak maju2, malah sempat naik lagi, akibat ketuban udah banyak banget keluar, pelicin makin habis (gitu katanya).

18.00 - masih belum keluar, ikhtiar berbagai cara, 3 orang bidan nekan dari atas perut, 2 orang bantu bayik dari bawah. Kesempatan terakhir, ngejan sekuat tenaga, lemes gak ada duanya, training centre atlet popda gak ada apa2nya dibanding lemesnya ngejan terakhir ini. Selain ditunggu sampai jam 19.00, keputusan SC kalo kala 2 lewat 2 jam (katanya), waktu habis, Kalau terlalu lama di kala 2, sedangkan air ketuban udah banyak keluar, bisa membahayakan buat bayi  (katanya). Lagi kondisi kayak gini, sulit buat mau keukeuh dan gak nurut sama para provider, Walau se-keukeuh apapun sama pengetahuan yang sempet kita tahu, kalo badan udah gak berdaya gini mah, mau gimana lagi, saatnya pasrah, toh ikhtiar panjang udah dilakukan. 
Pak Suami dipanggil untuk tanda tangan persetujuan operasi. Makin lemas. 
Pertama, lemas habis ngejan sekuat tenaga. Kedua, lemas karena setelah perjalanan panjang sampai pembukaan lengkap, akhirnya harus SC juga. 

Qodarulloh, seolah merasakan nikmat jalan lahir keduanya.

18.45 - alhamdulillaah lahir bayik laki2 kami dengan sehat wal afiat.
Melihatnya, seolah menjadi pengobat sakit juga lemas, sepanjang proses perjalanan panjang yang dilalui.

Ada doa yang kami sisipkan dalam setiap untaian namamu, Tsaqib Ahsana Lubab (anak laki-laki yang mencerahkan, cerdas akal tetapi tetap berbudi baik). Aaamiiinn.. 🤲❤👪

Sabtu, 03 November 2018

Trimester pertama dan Keputusan yang Harus Disegerakan


"Ya, hidup itu memang perlu pengetahuan/ilmu untuk mengambil langkah ke depan, tapi mangambil keputusan “gambling” sebagai bentuk keberanian manusia juga perlu dilakukan, karena keputusan itu hadir atas keyakinan yang dimiliki, dan keyakinan semata-mata adalah buah dari ikhtiar yang dilakukan".

Sumber : https://www.reviewfrenzy.com/www/category/baby-cleaners-and-detergents/baby-hand-sanitizers/

Bulan Ramadhan, juni 2018 tepat 27 tahun usia Pak Suami, juga merupakan bulan ke sepuluh usia pernikahan. Dua garis merah pada test pack adalah tanda kado terindah sekaligus amanah yang siap dititipkan kepada kami, walaupun masih banyak berbagai kemungkinan yang terjadi. Tapi hal tersebut mengingatkan bahwa kami pasangan yang masih harus banyak belajar menjadi manusia terbaik pada umumnya dan mempersiapkan menjadi teladan untuk anak-anak kelak. Meskipun sejatinya teladan bukan saja disiapkan saat akan menjadi orang tua, tapi sejak dilahirkan ke muka bumi sebagai khalifah fil ard, teladan bagi seluruh makhluk di muka bumi.

Bulan Ramadhan, adalah bulan dimana proses menjadikan tawadlu (rendah hati) sebagai sikap yang melekat dalam diri. Iblis menjadi laknat akibat dari kesombongannya, kesombongan yang lahir atas dorongan hawa nafsu yang sulit dikendalikan. Pun manusia, adalah makhluk yang memiliki hawa nafsu sehingga dalam hidupnya tidak luput dari khilaf, sedang shaum adalah obat kendali hawa nafsu. Ada harapan yang tertanam saat Alloh titipkan janin tepat pada bulan ramadhan kala itu, semoga kesederhanaan, ketawadluan selalu mengiringi dalam langkah kehidupannya, hingga menjadi manusia seutuhnya yang hidup penuh dengan ikhtiar dan ketawadluan sebagai bentuk penghambaan kepada Alloh.

Rencana lebaran Idul Fitri pertama kami yaitu di kampung halaman Pak Suami, Blora, sehingga beberapa hari di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kami sempatkan mudik ke Majalengka. Setelah beberapa hari di Majalengka, Pak Suami memutuskan pulang duluan ke Semarang, karena ada hal urgent yang harus segera diselesaikan. Saat itu saya sedang tidak shaum (anggapannya sedang datang bulan sih), jadi saya antar sampai stasiun Cirebon. Datang bulan kali ini lebih cepat dari biasanya, dan keesokan harinya darah sudah berhenti. Akhirnya saya bilang Ibu, dengan jawaban guyon “itu darah terakhir, Teh”, dengan menggunakan istilah sunda. Yang saya tidak faham maksudnya “maksudnya bu?”, Ibu jawab “darah terakhir sebelum hamil, Teh”. Saya tanggapi biasa aja awalnya, karena gak mau kasih harapan atas sesuatu yang belum pasti. Begitupun sejak awal-awal setelah menikah, banyak pertanyaan yang biasa terlontar pada pasangan muda yang baru menikah tentang keturunan, kami tanggapi saja dengan sederhana, jika memang sudah waktunya dan kita sudah berikhtiar, Alloh tak akan salah atas takdir yang diberikan. So, keep calm and ikhtiar endless! Karena cara kita bersikap akan menjadi buah-buah kebahagiaan. Sederhana!

Rasa penasaran itu datang setelah beberapa hari ngobrol dengan ibu di rumah, akhirnya iseng-iseng beli test pack, gak banyak berharap dulu sih awalnya, kalau memang ada positif Alhamdulillah, kalau pun negatif gak boleh ada rasa kecewa berlebih, karena sejak awal gak nyimpan harapan lebih. Ya iseng-iseng berhadiah aja ini namanya, dan beli test pack pun umpet-umpetan dari orang rumah hehe. Test pertama, ada dua garis merah tapi samar, terus cari informasi di internet tentang hasil garis merah yang samar. Hasilnya masih banyak kemungkinan yang terjadi, belum dikatakan positif seutuhnya, akhirnya saya tunggu sampai waktu haid telat. Beberapa hari kemudian saya balik ke Semarang, dan saya obrolkan ke Pak Suami tentang cerita iseng-isengnya saya beberapa hari ke belakang. Obrolan diawali dengan kesepakatan antar kami agar tidak terlalu banyak harapan pada apa-apa yang belum pasti. Tentu ada kebahagiaan kami seagai calon orang, tapi selalu saling mengingatkan untuk menurunkan grade harapan pada setiap kebahagiaan. Akhirnya ikhtiar kami berlanjut dengan membeli test pack kembali di waktu jadwal menstrurasi yang sudah lewat. Dua garis merah yang muncul semakin jelas, kebahagiaan kami pun semakin meningkat. Untuk memastikan keadaan di dalam Rahim kami bersepakat beberapa hari kemudian untuk berkonsultasi dengan bidan, dan bidan menyatakan positif. Sejak dinyatakan positif oleh tenaga ahli, sejak itu pula mulai dilantunkan lafal quran pertama kali Qs. Ali Imron 190-193 sambil memegang perut. Ada harapan yang ingin kami tanam, ada pesan Alloh yang ingin kami sampaikan lewat ayat tersebut. Tak terasa air mata menetes, tanda kebahagiaan sebagai manusia atas kuasa-Nya, rezeki sekaligus amanah. Pikiran seolah ditarik pada keadaan-keadaan dimana banyak orang yang sudah berusaha keras mendambakan kehamilan, sekaligus bahan muhasabah untuk kami yang harus mempersiapkan diri menjadi orang tua.