Sebelum beranjak ke tulisan selanjutnya, di sela-sela anak bayi bobok, coba
sempetin corat coret lagi. Beberapa waktu lalu tersadarkan sama teman-teman
yang lagi aktif kuliah, kalo mereka lagi pada sibuk UAS, tandanya
semester genap akan segera berakhir, dan masa cuti akan segera selesai. Ada
mental yang perlu dipersiapkan untuk kembali menjalankan peran ganda, menjadi
Ibu plus mahasiswa. Sebagai manusia, tiba-tiba muncul segala kekhawatiran. Jadi
mahasiswa doang aja kadang masih keteteran, apalagi tambah peran. Jadi ibu
doang kadang masih suka kagetan, apalagi tambah peran. Beberapa waktu lalu, juga sempat berada pada keadaan yang sama, melakukan peran ganda, hamil sambil kuliah! Pun dengan segudang kekhawatiran sebelum memutuskannya, hamil anak pertama, belum pengalaman, kuliah padat semester awal, fisik yang belum kembali fit, tempat tinggal, harus Long Distance Merriage (LDM) dengan suami (baca juga tulisan suami tentang LDM : Menuju Purnama Pertama LDM) dan kekhawatiran lainnya. Tidak boleh ada yang dikesampingkan,
keduanya adalah kebaikan, tentu tidak saling menjadi alasan. Rasa khawatir pada
sesuatu yang "tidak biasa" (mungkin) adalah wajar, tapi harus segera
ditepis dengan mengembalikan pada tekad kuat yang pernah tertanam dalam diri. Untuk mengembalikan keyakinan dan tekad, perlu mengingat beberapa bulan yang lalu, saat keyakinan memutuskan untuk menjalankan kuliah sembari hamil.
Pertimbangan kesehatan menjadi hal
paling utama, yang saat itu (qodarulloh) di awal kehamilan muncul flek dan
kadang mual, bahkan saat daftar ulang masih
keluar flek. Kekhawatiran mulai menghantui, gimana kalo kuliah nanti? “Flek itu
obatnya bedrest, Mba” kata dokter. Sedangkan kuliah pasti banyak aktivitas. Keduanya
tidak boleh ada yang dikesampingkan, tapi juga tidak ngoyo (berlebihan). Yang
cukup-cukup aja, gizi cukup, istirahat cukup, belajar juga cukup, sesuai porsi.
Mencoba mengusahakan tugas agar tidak merampas hak waktu tidur malam, begitupun
sebaliknya. Air minum dan camilan selalu menjadi teman yang selalu ada saat
ngampus, hal tersebut dalam rangka memenuhi hak tubuh yang sedang hamil. Di
sela-sela mata kuliah kosong, selalu menyempatkan untuk istirahat walau hanya
selonjoran di kursi kelas. Dan menjadi mahasiswa kali ini saya memilih untuk
menjadi mahasiswa yang setelah kuliah langsung pulang kosan, kupu-kupu hehe. Semuanya adalah bagian
dari ikhtiar atas jalan keyakinan yang sedang ditempuh. Maka, tantangan paling sulit adalah ikhtiar
untuk menyeimbangkan semuanya.
Saya mulai kuliah di usia kehamilan 3
bulan menuju 4 bulan (boleh mampir ke tulisan ini : Trimester Pertama dan Keputusan yang Harus Disegerakan). 12 sks mata kuliah di semester satu, ekspektasinya, akan ada
banyak waktu luang untuk istirahat, memanjakan diri, atau sekedar senam-senam
ala bumil. Realitanya, 12 sks serasa 24 sks, full senin - jumat, dengan
segudang tugas. Sebenernya 24 jam itu panjang, tapi kita aja (tepatnya saya
hehe) yang kadang kebanyakan leisure time
nya, buka medsos, ngepoin ini itu, tau-tau berjam-jam udah berlalu. Terus
baru niat nugas aja, banyak banget alesannya "bentar, jajan ini dulu biar
melek. Kayaknya perlu rebahan dulu deh, biar makanannya turun. Buka-buka i*
dulu ah bentar". Eh, pas waktunya nugas, baru setengah jam, udah ngantuk.
Dan dari setengah jam nugas, mungkin fokusnya beberapa menit doang hehe. Tapi sisi
lain, tugas demi tugas mengalihkan saya pada keluhan-keluhan ibu hamil pada
umumnya, 3 bulan pertama gak banyak aktivitas, malah terasa lebih lama,
keluhan-keluhan ada aja yang dirasa, sedang bulan-bulan berikutnya yang nyambi
kuliah terasa lebih cepat, tau-tau udah bulan kedelapan, masa hamil akan segera
berakhir, pun beriringan dengan berakhirnya kuliah semester 1. Terima kasih
tugas, hmm.
32 Weeks |
Entah, keyakinanlah yang menjadi bekal
memutuskan untuk terus lanjut, la haula wala kuwwata ila billah, kalo kata
orang jawa "sing penting yakin", tentu keyakinan yang muncul dari segala
ikhtiar yang dilakukan. Hamil adalah suatu kebaikan berupa amanah yang Alloh
berikan, begitupun menimba ilmu, adalah suatu kebaikan yang berkali-kali
diperintahkan dalam Al-Quran, bahkan ayat pertama yang Alloh turunkan adalah
tentang kewajiban menimba ilmu, Iqro! Hingga kemudahan demi kemudahan Alloh
bukakan jalan. Beasiswa yang berkali-kali apply hingga hampir 2 tahun tak
kunjung lolos (silahkan mampir sini dulu : Beasiswa Unggulan : Muara Dua TAhun Perjalanan), Alloh bukakan rezekinya di saat itu. Klinik ibu dan anak tempat
kontrol yang tepat di belakang kampus membuat saya gak terlalu was-was dengan
kesehatan kehamilan. Pun lingkungan kosan dikelilingi orang-orang baik, hingga
dapat rezeki kosan yang “gak berbayar” hehe. Semuanya adalah rezeki yang tak
ternilai, juga tidak lepas dari bimbingan-Nya. Jika manusia hanya bergantung
pada pengetahuan saja, dengan melihat segala keluhan hamil saat itu, kayanya saya
gak bakal mampu. Do'a adalah kekuatan "langit" yang menggerakan
keyakinan untuk menjadikan sebuah ikhtiar menjadi mampu.
Oh iya, saya jadi pengen cerita tentang
satu mata kuliah yang paling berkesan di semester 1. Bagi mahasiswa fisika,
mata kuliah ini paling nyeremin, elektrodinamika. Kuliah 3 sks, tapi dalam satu
minggu kuliah 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan 2 jam atau bahkan lebih, ujian
3 jam, 4 soal tapi beranak pinak, boleh bawa cheat sheet alias contekan satu
lembar. Cheat sheet satu lembar kalo tulisannya kecil-kecil bisa nyalin kurang
lebih 10 halaman saat ujian, tapi waktu 3 jam tetep aja kurang buat jawab 4
soal itu. Lumayan bikin pegel punggung, apalagi bumil yang terbatas gerak
karena kursi yang terlalu sempit. Tapi ada hal yang paling menyenangkan dari
mata kuliah ini, Dosennya nyenengin! Mata kuliah sesulit ini bisa jadi asik
karena liat dosen yang se energik itu kalo ngajar, walaupun saya tetep aja
masih lama buat ngertinya, hehe. Beliau banyak nyangkutin rumus yang njelimet itu dengan contoh real dalam
kehidupan atau kadang bak seorang filusuf.
Diawali dengan fenomena kelistrikan, fenomena
kemagnetan sampai pada persamaan maxwell untuk mengantarkan kami pada gerbang
Elektrodinamika. Pada fenomena kelistrikan, arus akan mengalir jika ada
penyedia agen luar yang berupa suatu gaya, medan atau oknum lain. Prinsip
tersebut terjadi pada semua fenomena yang terjadi di alam.
“Mari kita tengok filosofi alam semesta”
ajaknya bak seorang filusuf.
“Alam itu cenderung inert, alam itu
cenderung mempertahankan keadaan, alam itu menolak perubahan, jadi kalo ada
entitas alam yang ingin berubah, harus ada agen luar, penyedia energi untuk
merubahnya dalam bentuk daya. It is everything ya. Apapun seperti itu”
lanjutnya.
Kemudian memperagakan pakai kapur.
“Lihat ini ! Pada dasarnya si kapur
ingin diam. Ketika terjadi perubahan, sesuatu yang di rubah ini (kapur) selalu
ingin melawan perubahan, paling tidak dia menggunakan sifat dirinya untuk
melawan perubahan, yang disebut sifat inersia untuk melawan perubahan. Contoh
lain lagi batu besar yang kita dorong, batu sebenarnya ingin diam, berat batu
(N) merupakan inersia, supaya batu tersebut berubah, kita perlu agen luar berupa gaya (F), F yang lebih besar untuk
mendorong batu. Inersia merupakan sifat diri yang cenderung mempertahankan keadaan”.
Dan banyak hal lain yang membuat cara
pandang kita semakin terbuka. Tak terasa sampai pada masa Ujian, mencoba tetap
menyeimbangkan aktivitas sesuai dengan porsinya, walau kadang masih banyak
males-malesannya hehe. Untungnya nak bayi selalu bisa diajak kerja sama.
Sebelum ujian saya berbisik "nak, terima kasih sudah selalu bekerja sama
sampai tahap ini, diajak jalan kaki hampir tiap hari, gak rewel dan selalu
aktif saat kuliah atau quis berlangsung”. Kebahagiaan sesederhana itu, saat nak
bayi dalam rahim aktif tendang-tendang atau gerak-gerak. Tapi kadang
menggemaskan saat tendangan itu muncul di tengah-tengah ngerjakan soal ujian,
mungkin doi interupsi gegara ibuknya gak bisa ngerjain hehe, duh padahal
waktunya mepet. Lalu, Saya sempatkan permisi ke kamar mandi, untuk sekedar
ngelus-ngelus "kamu mau bantu ibuk ngerjain soal ya, Nak? Tenang, bentar lagi
selesai. Nanti pulang ujian kita makan seblak dan cingcaw andalan depan
kampus itu hehe"
33 Weeks |
Ujian usai, saatnya menunggu hasil,
kadang mencoba acuh, tapi syarat beasiswa membuat kursor terus menambah
penasaran untuk membuka link hasil ujian. Kalo gak mencapai target, kena
pelanggaran. Dengan usaha yang segitu adanya, saya gak muluk-muluk dengan
hasil, bahkan kadang saya ngerasa entah nyampe target minimal atau ngga,
apalagi salah satu nilai UTS mata kuliah tertentu ada yang sampai di bawah 50.
Mau ngejar di UAS malah makin ngerasa gak mungkin, karena soal lebih susah dan
lebih bikin pegel punggung. Kalo sudah sampai pada tahap hasil saatnya berserah
diri atas segala ikhtiar yang sudah dilakukan. Dan alhamdulillah, masih bisa
melanjutkan beasiswa utuh di semester berikutnya. Saya banyak belajar tentang
keseimbangan hidup dari kehamilan, apapun yang tadinya baik, jika tidak
dilakukan sesuai pada porsinya akan jadi tidak baik. Makanan, aktivitas, selama
hamil memiliki porsinya masing-masing. Jika di trimester awal harus banyak
istirahat, di trimester akhir kudu banyak gerak, tapi juga harus bisa ngukur
diri. Termasuk menyeimbangkan porsi belajar dan menjaga kesehatan fisik.
36 Weeks |
Quran Surat Ali Imron : 190 - 193 adalah tekad pertama yang kami lantunkan saat Alloh titipkan janin dalam rahim. Salah satunya, bahwa kecintaan pada ilmu harus menjadi misi keluarga kami, maka menimba ilmu adalah bagian dari ikhtiar yang dilakukan. Saya harus mengembalikan semangat ini, semangat yang muncul dari kekhawatiran yang ternyata bisa dilalui. Atas bimbingan-Nya, Ia bukakan jalan-jalan kemudahan yang tak pernah diduga sebelumnya. Ternyata, tidak se-ngeri yang dikhawatirkan. Akal manusia memang terbatas, itulah sebabnya kenapa manusia diberikan potensi ruhani, untuk menghadirkan keyakinan atas landasan Tuhan yang Maha Segalanya. Oke, saatnya kembali menyiapkan, buat jadi Ibu terbaiknya Tsaqib dan jadi mahasiswa terbaik (versi kami). Siap !
Majalengka, Mei 2019
Satu kata, Ngeriii. Jadi malu sendiri nih kalo harus kalah sama (mantan) bumil mah. Wkwk
BalasHapus