Pelajar Bekarakter Menuju Jiwa
Pelajar yang Akademis
“Perkaderan IPM yang ideal untuk membentuk peradaban”
(Prasyarat PKTM III PW IPM Jawa Tengah)
Oleh : Halida Rahmi Luthfianti
Kader
secara bahasa artinya penerus. Kader (Perancis:cadre) atau les cadres maksudnya
adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup pimpinan serta
mendampingi kepemimpinan. Tanpa kader kepemimpinan tak akan dapat berjalan
ideal, maka tak salah banyak orang berkata jika kader merupakan jantung
organisasi. Begitupun disebutkan dalam
QS. Al-Fath/48:29 bahwa kader bagaikan flora yang kokoh dan menawan : “….Yaitu
seperti yang mengeluarkan tunasnya, Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya ; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-mukmin). Allah menjajajikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang ssoleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar”
Jika
tumbuhan ingin tumbuh menjadi besar dan kokoh, maka bagaimana menjadikan
tunas-tunasnya agar menjadi lebih kokoh. Begitupun sama halnya dengan suatu
organisasi ketika ingin menjadi suatu organisasi besar dan berkualitas, maka sejatinya
merupakan hal yang wajib untuk kemudian memperkokoh kader sebagai tunasnya.
Perkaderan
ideal merupakan cara bagaimana agar mampu menjadikan kader sebagai tunas-tunas
sebuah organisasi menjadi kokoh, sehingga pada saat tumbuhan itu beranjak besar
bahkan menjadi tua atau kemudian rapuh, maka tumbuhan akan tetap berdiri kokoh
meski diterpa angin sekencag apapun. Sejatinya setiap tumbuhan menolak saat
tumbuhan mulai beranjak menjadi besar akan tetapi tunas, akar, batang bahkan ranting belum cukup kokoh untuk menerpa
ributnya angin yang kian semakin tumbuhan tumbuh semakin kencang pula angin
yang menerpa. Meningkatkan kualitas
kader demi memperkokoh organisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan.
Pelajar
merupakan tunas-tunas yang tepat untuk menjadikan sebuah organisasi kokoh
bahkan berkualitas. Karena pelajar adalah pewaris suatu bangsa.
Dewasa kini teknologi semakin maju, globalisasi semakin mencaci, modernisasi
semakin tak berarti bagi mereka yang tak pernah mengambil arti. Dampaknya para
pewaris bangsa malah menjadi salah satu korban dari ketidak berartian ini,
bahkan banyak pelajar yang sudah tak menjadi pembelajar sebagai mana mestinya. Pergaulan bebas, free sex, penggunaan napza, dan
kriminalitas yang didukung oleh kecanggihan teknologi dan komunikasi menambah
gencarnya kebobrokan pelajar. Hal ini seolah menjadi jawaban atas ketidakmampuan pelajar dalam menempatkan diri
sebagai pelajar yang akademis.
Apa jadinya jika tunas-tunas yang seharusnya menjadi pewaris bangsa, malah jadi
pe-miris bangsa?
Maka
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus mampu menjadi garda terdepan dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi pada pelajar masa kini. Revitalisasi kader
di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan jawaban atas kerisauan pelajar
masa kini. Revitalisasi kader adalah penyiapan atau peningkatkan kader menjadi
tunas-tunas yang kokoh dan berkualitas.
Ada
dua hal yang ingin penulis sampaikan terkait metode revitalisasi kader di
Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini, yakni pertama
adalah pendidikan kaderisasi formal yang ada di IPM dan kedua adalah gerakan yang
kemudian membuktikan jiwa pelajar yang akademis. Pun dua output yang kemudian akan
didapat dari revitalisasi kader ini, yakni pelajar berkarakter dan pelajar yang
akademis. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengorek
kaderisasi formal di Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang kemudian akan menjadi
loncatan awal mula character building
ini dibangun, yakni Pelatihan Kader Taruna Melati dan Gerakan Pelajar Berkemajuan
dengan komunitas kreatifnya.