Ditengah matematika dengan quisnya dan jawaban yang mesti rapi, tidak
boleh memakai pensil, hingga kita seperti anak TK yang sedang belajar
melukis garis pada lembaran kertas. Begitupun fisika dengan kuis dan
praktikumnya yang hanya diberi waktu 3 hari untuk menyelesaikan laporan
praktikumnya. Dan tak lupa kimia yang tak mau kalah dengan segudang
tugasnya. Fokus yang sejenak mengarah kepada tugas-tugas kampus yang
luar biasa ramainya. Ketakutan khusus ketika tugas melampaui batas waktu
yang telah ditentukan, apalagi hingga tugas yang selama ini kita
perjuangkan tidak tepat terhadap sasaran yang kita fokuskan. Pengaruh
besar terhadap hasil akhir yang menjadi kejaran banyak orang. Hasil atau
buah manis yang kita tunggu setelah kita bejuang, bersusah payah
mengorbankan segala pikiran dan tenaga adalah hal yang paling indah dan
dinanti.
Cukup tercengang ketika mushola tak seramai tugas yang didapat
akhir-akhir ini. Atau jangan-jangan malah mengutamakan hal yang sifatnya
tidak kekal atau duniawi, mushola ramai saat setengah tiga menuju adzan
ashar, begitupun pukul 17.00 yang hari sudah senja menuju terbenamnya
matahari. Padahal tugas dari Sang Maha Kuasa pun tidak lebih sulit dari
pada tugasnya Pak dosen dan asisten. Tapi mengapa hal yang mendasar ini seakan
hampir atau malah dilupakan? Masa iya rasa takutnya udah ganti sama yang
ngasih tugas di kampus?
Pikiran sempat terlintas saat ramainya tugas ini, mengapa terkadang
ketakutan terhadap orang malah lebih mendominasi dibanding kepada Dia
yang menciptakan orang yang ditakuti. Dan pikiranku kembali
berandai-andai, andai saja ketakutan menghadapi tugas atau kewajiban
yang diberikan Allah seserius dan setakut ketika mengerjakan tugas yang
diberikan oleh pak dosen, rasanya semua akan tepat pada sasaran dan
hasilnya pun akan berbuah manis, itulah hal yang dinanti. Manusia bukan
lagi mereka yang inginnya memakan hak milik orang lain, manusia bukan
lagi mereka yang menzalimi sesama umatnya, manusia bukan lagi meereka
yang terdiam ketika melihat saudaranya membutuhkan. Ketika kefokusan dan
keseriusan sudah menjadi habits bagi kita, maka manusia tak lagi
memikirkan hal yang tidak bermanfaat, meninggalkan madhorot, ia fokus
terhadap apa yang diperintahkan-Nya, ya tentunya menjadi suatu nilai
ibadah.
Selamat menikmati tugas dengan segala bumbu raciknya , kawan :)
Jika seluruh aktifitas kita tidak dilandaskan atas Allah maka tidak akan bernilai pahala, dan jika seluruh aktifitas yg kita lakukan sudah diniatkan krn Allah, jngan pernah takut jika terhalang masalah yang profan(duniawi). Jangan khawatir akan masa depan, yang nentuin masa depan bukan kampus ko, tapi Allah.
BalasHapus