Beranda

Followers

Sabtu, 03 November 2018

Trimester pertama dan Keputusan yang Harus Disegerakan


"Ya, hidup itu memang perlu pengetahuan/ilmu untuk mengambil langkah ke depan, tapi mangambil keputusan “gambling” sebagai bentuk keberanian manusia juga perlu dilakukan, karena keputusan itu hadir atas keyakinan yang dimiliki, dan keyakinan semata-mata adalah buah dari ikhtiar yang dilakukan".

Sumber : https://www.reviewfrenzy.com/www/category/baby-cleaners-and-detergents/baby-hand-sanitizers/

Bulan Ramadhan, juni 2018 tepat 27 tahun usia Pak Suami, juga merupakan bulan ke sepuluh usia pernikahan. Dua garis merah pada test pack adalah tanda kado terindah sekaligus amanah yang siap dititipkan kepada kami, walaupun masih banyak berbagai kemungkinan yang terjadi. Tapi hal tersebut mengingatkan bahwa kami pasangan yang masih harus banyak belajar menjadi manusia terbaik pada umumnya dan mempersiapkan menjadi teladan untuk anak-anak kelak. Meskipun sejatinya teladan bukan saja disiapkan saat akan menjadi orang tua, tapi sejak dilahirkan ke muka bumi sebagai khalifah fil ard, teladan bagi seluruh makhluk di muka bumi.

Bulan Ramadhan, adalah bulan dimana proses menjadikan tawadlu (rendah hati) sebagai sikap yang melekat dalam diri. Iblis menjadi laknat akibat dari kesombongannya, kesombongan yang lahir atas dorongan hawa nafsu yang sulit dikendalikan. Pun manusia, adalah makhluk yang memiliki hawa nafsu sehingga dalam hidupnya tidak luput dari khilaf, sedang shaum adalah obat kendali hawa nafsu. Ada harapan yang tertanam saat Alloh titipkan janin tepat pada bulan ramadhan kala itu, semoga kesederhanaan, ketawadluan selalu mengiringi dalam langkah kehidupannya, hingga menjadi manusia seutuhnya yang hidup penuh dengan ikhtiar dan ketawadluan sebagai bentuk penghambaan kepada Alloh.

Rencana lebaran Idul Fitri pertama kami yaitu di kampung halaman Pak Suami, Blora, sehingga beberapa hari di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kami sempatkan mudik ke Majalengka. Setelah beberapa hari di Majalengka, Pak Suami memutuskan pulang duluan ke Semarang, karena ada hal urgent yang harus segera diselesaikan. Saat itu saya sedang tidak shaum (anggapannya sedang datang bulan sih), jadi saya antar sampai stasiun Cirebon. Datang bulan kali ini lebih cepat dari biasanya, dan keesokan harinya darah sudah berhenti. Akhirnya saya bilang Ibu, dengan jawaban guyon “itu darah terakhir, Teh”, dengan menggunakan istilah sunda. Yang saya tidak faham maksudnya “maksudnya bu?”, Ibu jawab “darah terakhir sebelum hamil, Teh”. Saya tanggapi biasa aja awalnya, karena gak mau kasih harapan atas sesuatu yang belum pasti. Begitupun sejak awal-awal setelah menikah, banyak pertanyaan yang biasa terlontar pada pasangan muda yang baru menikah tentang keturunan, kami tanggapi saja dengan sederhana, jika memang sudah waktunya dan kita sudah berikhtiar, Alloh tak akan salah atas takdir yang diberikan. So, keep calm and ikhtiar endless! Karena cara kita bersikap akan menjadi buah-buah kebahagiaan. Sederhana!

Rasa penasaran itu datang setelah beberapa hari ngobrol dengan ibu di rumah, akhirnya iseng-iseng beli test pack, gak banyak berharap dulu sih awalnya, kalau memang ada positif Alhamdulillah, kalau pun negatif gak boleh ada rasa kecewa berlebih, karena sejak awal gak nyimpan harapan lebih. Ya iseng-iseng berhadiah aja ini namanya, dan beli test pack pun umpet-umpetan dari orang rumah hehe. Test pertama, ada dua garis merah tapi samar, terus cari informasi di internet tentang hasil garis merah yang samar. Hasilnya masih banyak kemungkinan yang terjadi, belum dikatakan positif seutuhnya, akhirnya saya tunggu sampai waktu haid telat. Beberapa hari kemudian saya balik ke Semarang, dan saya obrolkan ke Pak Suami tentang cerita iseng-isengnya saya beberapa hari ke belakang. Obrolan diawali dengan kesepakatan antar kami agar tidak terlalu banyak harapan pada apa-apa yang belum pasti. Tentu ada kebahagiaan kami seagai calon orang, tapi selalu saling mengingatkan untuk menurunkan grade harapan pada setiap kebahagiaan. Akhirnya ikhtiar kami berlanjut dengan membeli test pack kembali di waktu jadwal menstrurasi yang sudah lewat. Dua garis merah yang muncul semakin jelas, kebahagiaan kami pun semakin meningkat. Untuk memastikan keadaan di dalam Rahim kami bersepakat beberapa hari kemudian untuk berkonsultasi dengan bidan, dan bidan menyatakan positif. Sejak dinyatakan positif oleh tenaga ahli, sejak itu pula mulai dilantunkan lafal quran pertama kali Qs. Ali Imron 190-193 sambil memegang perut. Ada harapan yang ingin kami tanam, ada pesan Alloh yang ingin kami sampaikan lewat ayat tersebut. Tak terasa air mata menetes, tanda kebahagiaan sebagai manusia atas kuasa-Nya, rezeki sekaligus amanah. Pikiran seolah ditarik pada keadaan-keadaan dimana banyak orang yang sudah berusaha keras mendambakan kehamilan, sekaligus bahan muhasabah untuk kami yang harus mempersiapkan diri menjadi orang tua.


Banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi setelah bidan menyatakan positif, dan kami harus menyadari itu, tidak boleh terlena dengan kebahagiaan. Karena awal-awal kehamilan proses penempelan, yang itu masih sangat rentan dengan hal-hal yang tidak diinginkan. Qodarulloh, Allah selalu hadirkan kejutan dalam setiap keadaan, Sang Pembolak balik hati. Setelah kami begitu bahagia, Alloh ingatkan untuk tidak belebihan, beberapa hari kemudian keluar flek (darah coklat), sedangkan esok hari kami berencana untuk melakukan perjalanan mudik ke Blora, hingga bidan menyarankan untuk segera USG ke dokter pada hari itu juga.

Saat itu H-3 idul fitri, banyak dokter yang sudah mulai ambil cuti, telepon sana sini, Alhamdulillah malam itu masih dapat dokter yang praktik. Sambil menunggu antrian, kami saling menguatkan atas semua kemungkinan yang akan terjadi, toh ikhtiar sudah dilakukan dan keputusan Allah selalu terbaik. Giliran kami dipanggil untuk masuk ke ruangan periksa, dilakukan usg, kantung janin sudah terlihat dan usia kandungan waktu itu 5 minggu, tapi dokter menyarankan untuk istirahat total, benar-benar bedrest karena adanya flek tersebut. Padahal tidak ada keluhan sakit apapun yang saya rasakan, tapi saran bedrest menjadikan saya seperti orang sakit. Kadang-kadang gak terima, karena saya merasa sehat-sehat saja hehe. Akhirnya beberapa kali dokter menjelaskan tentang hal ini. Sebenarnya gak apa-apa kalau gak terjadi dalam waktu lama, karena itu merupakan proses implantasi (menempelnya ovum dan sperma pada dinding Rahim), tapi kalau berlanjut dalam skala waktu panjang bisa terjadi keguguran. Deg, kaget saya. Untungnya setelah itu dokter menenagkan kami kembali. Lalu kami berkonsultasi tentang rencana mudik di esok hari, awalnya tetap tidak diijinkan, tapi dokter punya alternatif lain dengan memberikan obat yang dosisnya dinaikkan lebih tinggi, ya harganya lumayan juga sih bisa buat belanja bulanan hehe. Tapi saat itu sehat dan jalan terbaik adalah yang menjadi tujuan.

Usia 5 minggu

Usia 7 minggu

Usia 11 minggu

Akhirnya kami mudik, dengan syarat setelah sampai rumah harus bedrest sampai flek benar-benar tidak ada. Sampai hari raya Idul Fitri tiba, flek masih tak kunjung hilang, orang-orang shalat id, saya jadi penunggu rumah aja. Enam hari di Blora dan 6 hari pula flek saya sesekali hilang terus ada lagi, hilang lagi. Akhirnya rencana mudik ke Majalengka setelah lebaran di cancel demi kebaikan si janin. Pulang ke Semarang, langsung ketemu dokter lagi karena belum sepenuhnya flek hilang, tapi alhamdulillah kondisi di dalam Rahim baik, meskipun di minggu ketujuh ini janin masih belum terlihat di usg. Disarankan untuk kembali 2 minggu ke depan untuk memastikan janintumbuh atau tidak. Flek sudah mulai hilang, meskipun mual semakin menjadi, tapi di minggu ke 11 alhamdulillaah sudah terlihat janin, dan detak di minggu ke 14.

Setiap orang pasti punya cita-cita pas lagi hamil, cita-cita sederhana saya strong pas hamil, tetep beraktivitas, gak mau mual muntah dan gak mau bikin repot orang. Tapi qodarulloh, setiap tubuh punya proses yang berbeda-beda dalam menghadapi perubahan fisik kehamilan. 75% orang hamil akan mengalami gejala fisik pada trimester pertama, seperti mual muntah, flek, badmood, dll. Mual dan bedrest menjadi seni di trimester pertama saya, bahkan kadang-kadang badan drop, hingga tidak bisa banyak aktivitas yang dilakukan. Tapi bersyukur masih banyak orang yang jauh lebih parah dengan gejala yang timbul di trimester pertama.

Beriringan dengan trimester pertama, saya juga sedang menunggu pengumuman studi lanjut. Awalnya pesimis dengan keadaan fisik pada waktu itu, jika harus kuliah dalam kondisi yang saat itu dialami, hingga kami memutuskan untuk menunda kuliah di lain waktu. Di akhir trimester pertama diumumkan hasil seleksi S2, dan dinyatakan lolos. Keputusan kami goyah saat melihat hasil, Pak Suami dengan bijaknya memberi keleluasan untuk memutuskan, yang paling penting adalah pertimangan fisik, jika mampu dilanjut, jika belum, ditunda. Mengambil keputusan ini cukup mutar otak, dalam waktu yang singkat harus sudah ada keputusan daftar ulang atau tidak. Hingga dalam waktu singkat juga harus segera meyakinkan keputusan yang diambil. Seperti biasa keyakinan saya selalu hadir atas pertimbangan orang-orang terdekat, sejak mulai memutuskan menikah sampai apapun yang perlu diyakinkan. Selain Pak Suami yang pertama saya mintakan pertimbangan, Ibu, kaka dan sahabat-sahabat saya mintakan pertimbangan juga. Pada akhirnya dengan kondisi yang saat itu belum begitu baik, atas keyakinan yang hadir dari ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan, memutuskan untuk lanjut kuliah. Awalnya gak kebayang kalau pas kuliah terus fisik drop dan harus LDR dengan Pak Suami, sedang biasanya yang jadi solusi adalah Pak Suami hehehee. Dengan dukungan orang-orang terdekat yang membangun keyakinan saya, akhirnya saya melanjutkan studi. Qodarulloh, perlahan mual mulai hilang, nafsu makan bertambah, fisik jarang drop, padahal sehari-hari ke kampus jalan kaki.

Ya, hidup itu memang perlu pengetahuan/ilmu untuk mengambil langkah ke depan, tapi mangambil keputusan “gambling” sebagai bentuk keberanian manusia juga perlu dilakukan, karena keputusan itu hadir atas keyakinan yang dimiliki, dan keyakinan semata-mata adalah buah dari ikhtiar yang dilakukan. Pada akhirnya saya baru sadar cita-cita sederhana saya di awal tentang hamil tapi tetap beraktivitas bukan tidak terwujud, hanya saja cita-cita yang tertunda dan diwujudkan di bulan ketiga menuju empat usia kehamilan, kuliah sambil hamil!

Ikhtiar lantunan ayat Qs ali imron 190-193 saat awal dipastikan adanya kehidupan dalam Rahim, berlanjut pada usaha menanamkan kecintaan ilmu dengan mengajak kuliah sejak dalam kandungan. Atas izin Allah, terima kasih sudah selalu bekerja sama dengan baik, Nak J

Sejak dalam kandungan, ada harapan yang ingin kami tanam, kelak kau akan tumbuh menjadi manusia sederhana yang bersahabat dengan dunia dan dekat dengan akhirat. Akal sebagai pembeda manusia dengan makhluk lainnya adalah bekal untuk menebar manfaat, kebaikan, juga budi yang baik, hingga kelak kecerdasan akal akan mengantarkanmu untuk semakin dekat dengan Sang Pencipta, Nak. Ulul Albab!




Bandung, 03 Nopember 2018

11 komentar:

  1. Subahanallah, menginspirasi sekali. He he jadi pengen nulis juga

    BalasHapus
  2. Bagus teh lutfi tulisannya, enak dibaca. Sangat terinspirasi dengan kisah kasih Teh Luthfi dan Mas Kalil. Mudah2an dipaparinan kasehatan dugi ka babaran.. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaamiinn.. Hatur nuhun atas doa dan kunjungan blognya teh. Semoga tetej juga selalu diberikan keberkahan :)

      Hapus
  3. Mantaps soul👍Inspiratif mba.. Karunia dedek punya mommy keren kyk mba hehe

    BalasHapus
  4. Aku tuh kalo punya anak, boleh gak anak2ku secerdas kamu dutt 😆😍😍

    BalasHapus
  5. Assalammualaikum..bolehkah sy sharing dy anti?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumussalaam wr wb. Silahkan boleh2. Ini alamat emaip saya halidarahmi@gmail.com

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus