Beranda

Followers

Sabtu, 25 Juli 2015

Menebar semangat Al-Insyiroh

--Selang menyelesaikan laporan akhir PKM--

Pagi tadi masih suasana Hari Raya, akan tetapi sebagian mahasiswa sudah banyak yang berkeliaran di sekitar kampus. KKN menjadi tema paling top di tengah liburan para mahasiswa (otw) tingkat akhir, termasuk saya. Persiapan kelompok dan tak lupa dengan persiapan individu yang sudah mulai disiapkan beberapa hari setelah lebaran, hal tersebut membuat sepinya suasana Kota Perantauan dikala liburan berbeda. 

Begitupu salah satu teman kost yang sudah mulai mempersiapkan barang pribadinya. Tas kecil miliknya ternyata belum cukup untuk menyimpan barang bawaanya. Akhirnya ia memutuskan untuk meminjam tas yang lebih besar, sambil bersilaturahmi dengan saudaranya yang juga dosen di salah satu fakultas Universitas tempat saya kuliah, UNSOED. Ia menyebutnya Pakde. Persiapan KKN ini mempertemukan kami pada silaturahmi pagi tadi. Obrolan singkat kami terus mengalir, dan ternyata beliau adalah kakak tingat yang tak jauh dengan ayah dan ibu sewaktu kuliah “oh A (sebutlah nama ibu saya) yang orang tasik dan B (sebutlah nama ibu saya) yang orang Majalengka itu, kalo ayahmu saya lebih faham”, lanjut berbincang hingga menanyakan pekerjaan orang tua, domisili, kaka adik, dan obrolan santai ini sampai pada jawaban saya “ayah sudah tidak ada”.

Begitupun dengan teman yang pagi ini meminta antar bersilaturahmi, baru genap 12 hari yang lalu, tepat sebelum lebaran ayahnya pun dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Kesedihannya masih sangat dirasakan, ikhlas masih hanya terucap di mulut. Hati masih engggan menerima. Ya, tepat seperti 4 tahun yang lalu. Sepulang bersilaturahmi kami hendak sedikit berbincang, untuk saling menguatkan, saling mengingatkan.

Fa inna ma'al 'usri yusro. Inna ma'al 'usri yusro "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" QS. Al Insyiroh : 5-6
Alloh tak akan ingkar janji.  THE POWER OF Al-Insyiroh, setelah kesulitan ada kemudahan = setelah kesedihan ada kebahagiaan (kesuksesan). Bahkan hingga dua kali Alloh menekankan kalimat tersebut. Maka tidak cukup menunggu untuk mendapatkan kesuksesan berharga itu, petunjuk Alloh sudah jelas pada QS al-insyiroh, tinggal bagaimana kita dapat menjaga semangat, keistiqomahan ikhtiar dalam menjemput kesuksesan tersebut. "Saya tunggu kesuksesan apa yang akan kamu peroleh setelah 'kesedihan' ini" saling melontar kalimat untuk saling menguatkan.

"Kullu nafsin dzaaiqotul maut" Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati (ali imron : 185)
 Semua manusia pada hakikatnya akan meninggal dunia, jika penjaga parkir ramai motor berdatangan untuk parkir disana, maka tukang parkir bertanggung jawab atas motornya, dan ia harus rela jika motor yang begitu banyak satu persatu diambil oleh pemiliknya. Begitupun dengan manusia termasuk segala ciptaan Alloh. Kita ini hanya sebatas titipan Alloh yang harus bertanggung jawab saling menjaga, saling merawat, saling menyayangi, jika suatu hari 'pemilik' mengambil, maka 'si penjaga' harus rela, ikhlas akan diambilnya 'titipan' tersebut. Karena pada hakikatnya Alloh pemilik sesungguhnya, pemilik segalanya.

Maka menangislah secukupnya, bersedih secukupnya. Setelah itu kembali bangkit. Ada mereka yang masih mengharapkan kesuksesan kita, ada mereka yang masih sayang dengan kita, ada mereka yang begitu bangga akan perjalanan hidup kita. Cukuplah menyesal karena belum berbakti, karena masih begitu luas Alloh memberikan kesempatan untuk bisa berbakti meski sudah tiada. Dengan cara apa? “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Kapan terakhir mendoakannya?
Sudahkan mengamalkan ilmunya?
Sudahkan mengemban nasihat-nasihatnya?
Sudahkah mengemban amanah-amanahnya?
Ibadah rajin? Belajar rajin?



Terima kasih..
Di awal tahun kuliah tingkat akhir ini, ada hal yang membuat memutar ulang memori empat tahun silam. Ya, cukup menguatkan kembali tentang segala mimpi lusuh yang masih tertulis di dinding kamar. AYAH. 

Kamar Kost Pukul 16.25 
Purwokerto, 25 Juli 2015

Halida Rahmi Luthfianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar