(TAK
SEMPURNA) TUTUP SATU MATA
“saya benci dinamika!!”
Bincang salah seorang penumpang bus saat melihat dua anak yang terus bergerak, lari-lari
di dalam bus.
Penumpang itu adalah
seorang Ibu yang sedang beristirahat tenang menuju kepulangannya setelah
melakukan segala aktivitas yang lelah seharian, sebutlah ia adalah seorang
pegawai negeri yang bekerja full dari
pagi hingga sore kemudian ada kegiatan lain yang harus ia kerjakan sampai larut
malam. Dan tepat di dalam bus itu terdapat dua anak kecil yang terus
bolak-balik dari depan ke belakang bus dengan bahagianya. Dua anak kecil itu
adalah anak yang dibawa oleh seorang ayah yang tampak tenang duduk di kursi
belakang bus sambil tersenyum meliahat kedua anaknya. Penumpang itu merasa
terganggu akan dua anak kecil yang terus bolak-balik di dalam bus, begitu pun
penumpang yang lain.
“Pak, maaf itu anak Bapak?”
Tanya si ibu yang merasa terganggu.
“iya bu, ada apa ya?” Tanya
ayah dari kedua anak kecil itu.
“anak bapak dari tadi
lari-lari dari depan ke belakang, bolak-balik, mengganggu banyak penumpang yang sedang istirahat, Pak. Kenapa Bapak tak marahi mereka? Bapak malah tersenyum
melihat anaknya mengganggu kenyamanan penumpang. Hari sudah malam Pak, kami
ingin beristirahat.” Jelas Si Ibu yang merasa terganggu.
“maaf Bu, kenapa dari
tadi saya hanya tersenyum melihat anak-anak saya yang hendak berlari-lari di
dalam bus? Karena saya sangat senang melihat kedua anak saya yang hendak bisa
kembali tersenyum bahagia, setelah satu minggu kemarin mereka selalu menangis,
bersedih, bersedih dan bersedih, karena ditinggalkan Ibunya untuk selama-lamanya.
Ibu mereka meninggal dunia.” Jelas ayah dari kedua anak kecil itu.
“oh maaf ya, Pak. Saya kira
mereka seperti anak kecil lain, yang hendak berulah karena kenakalannya.” Sambung
Si Ibu yang merasa terganggu.[1]
Terkadang kita hanya
melihat atau memandang sesuatu hanya dari satu satu sisi saja. Kita tak pernah
tau bahwa ada sesuatu makna yang lebih berharga dari apa yang kita tahu. Si
penumpang memang butuh istirahat karena kelelahannya, begitu pun penumpang
lainnya merasa terganggu akan dua anak kecil pada cerita di atas, tapi lantas
terganggunya mereka membuat dua anak kecil itu meloncat menjadi bahagia dari kesedihan
karena ditinggalkan ibunya. Dan bentuk segitiga pun tak akan punya nama
segitiga saat kita hanya memandang satu sisi, ia hanya punya satu garis lurus,
lantas apa bedanya segitiga dengan garis lurus?
Begitu pun saat kita
menutup satu mata kita, maka penglihatan tak akan lebih sempurna dari apa yang
kita lihat dengan dua mata kita. Coba kita tutup satu mata kita dengan tangan
lalu lihatlah pemandangan alam yang ada di sekitar kita saat kita hendak
berwisata ke taman bungan di kota manisan sana, lalu setelah itu buka satu mata
yang ditutup dan lihatlah pemandangan alam itu dengan dua mata. Dan perbedaan
apa yang dirasakan? Tentu lebih indah, lebih nikmat memandang dengan dua mata
bukan? Maka begitupun saat kita melihat suatu masalah, suatu hal, atau pun
seseorang jangan sampai kita memandang dengan menutup satu mata kita, sering
kita dengar di telinga kita bahwa “jangan pandang orang dengan sebelah mata”. Pergunakan
dua mata kita untuk memandang suatu permasalahan, seseorang, atau sesuatu agar
lebih ‘sempurna’ menghadapinya.
Dalam perspektif
luasnya saat kita memandang sesuatu yang menurut kita menyebalkan atau tidak
suka, maka alihkan terlebih dahulu ketidak sukaan ini dengan tidak hanya
memandang satu sisi terhadap apa yang menjadi ketidak sukaan kita. Jadi kita tidak
lantas dengan cepatnya menjudge sesuatu
itu dengan hal negative. Karena yang harus kita ingat bahwa semua yang ada di
dunia ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka analisis
menjadi satu hal yang sangat urgen saat kita menghadapi suatu masalah. Saat kita
meninjau dari berbagai sisi, maka kita akan tahu apa yang menjadi negative dan
positive nya, maka problem solving
atau pemecahan masalah inilah yang selanjutnya akan kita gunakan.
Singkatnya, dari cerita
di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa saatnya memandang seseorang atau
sesuatu itu dari berbagai sisi, tidak hanya dari satu sisi saja, karena disisi
lain ‘mereka’ punya sesuatu yang lebih berharga dan bermakna.
Yuuk, saatnya Keep positive
thinking!! Husnudzon :-)
[1] Cerita
diambil ini dari Mas Subekti Ridho (Ketua Umum PD IPM Kab. Banyumas) saat rapat
berlangsung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar