Beranda

Followers

Selasa, 23 Mei 2017

Surabaya dan Hangatnya Ber-Muhammadiyah



Pertama kali berkunjung ke surabaya, aku membayangkang sumuk dan padatnya kota besar ini.Atau mungkin seperti ibu kota besar lainnya, solokan berbau dan berwarna, ah ibu kota. 
Dan Katanya..Belum lagi Nada tinggi bicara, "jangan kaget itu bukan marah" katanya. 

Tapi islam tetaplah islam, bagiku ideologi yang ditanamkan lewat Muhammadiyah membuat bertahan dimanapun tempatnya, bagaimanapun kulturnya. Maka perbedaan kultur merupakan laboratorium pembelajaran terhebat untuk mencapai sebaik2nya budi.Gedung tinggi itu, bukan perguruan tinggi, tapi sekolah dasar di sekitar perguruan tinggi. Aku mulai melihat kehangatan kota ini, SD Muhammadiyah 26, panti asuhan, dll komplek Muhammadiyah. Ku hubungi beberapa kawan IMM ITS, sepertinya kami tak pernah lama bersua, tapi begitu akrab, rasanya paling enak untuk direpotkan hehe 
Keesokan harinya ku hubungi guru terhebatku, Gus Pur. Untuk sekedar mencicipi Laboratorium Fiska Teori ITS, walau rada alergi kuantum, ah untung pindah ngobrol ke ruangannya.Katanya, teman terbaik adalah teman yang tak segan untuk 'direpotkan' dan 'merepotkan'. Entahlah, tapi begitulah kira2 karena kesamaan ideologi, 'repot dan merepotkan' menjadi begitu filosofis. Lalu kami diajak keliling menikmati kota surabaya. Katanya "memuliakan tamu" hehe *tau aja, ini mesti kader sdah lulus DAD, peka :') Ruangan dosen Fisika, isinya kitab2 tafsir quran, ayat2 semesta, Nalar ayat2 semest, dan buku2 fisika teori jelas numpuk disitu. 

Muhammadiyah pelopor pembaharu, maka spirit berkemajuan harus selalu dijiwai."karena belajar itu babnya agama, sub bab nya fisika, kimia, ekonomi, hukum, dll." Filosofis!! Obrolan semakin renyah, mulai akademik hingga proyek peradaban Trensains, kemarin baru meluluskan angkatan kedua. Generasi pecinta quran dan sains. Aku melihat, peradaban islam akan segera direbut kembali. Minimal, sedang diperjuangkan. Ada tekad untuk bangkit. Ada semangat untuk kembali mengarungi. Namanya ikhtiar, capek, lelah, tapi ada mimpi yang harus segera dicapai. Itulah perjuangan. 
Besok, aku harus pulang, ada harapan, semoga pulang untuk kembali :)Sebelumnya antrian panjang, 2 jam lebih obrolan kami berakhir karena beliau harus mengajar di kelas. 

Aku menemukan kehangatan di Surabaya, lagi2 karena kesamaan ideologi.



Surabaya, 12 Mei 2017