Beranda

Followers

Senin, 13 Mei 2019

Mengembalikan Semangat – Melewati Masa Hamil Sambil Kuliah

Sebelum beranjak ke tulisan selanjutnya, di sela-sela anak bayi bobok, coba sempetin corat coret lagi. Beberapa waktu lalu tersadarkan sama teman-teman yang lagi aktif kuliah, kalo mereka lagi pada sibuk UAS, tandanya semester genap akan segera berakhir, dan masa cuti akan segera selesai. Ada mental yang perlu dipersiapkan untuk kembali menjalankan peran ganda, menjadi Ibu plus mahasiswa. Sebagai manusia, tiba-tiba muncul segala kekhawatiran. Jadi mahasiswa doang aja kadang masih keteteran, apalagi tambah peran. Jadi ibu doang kadang masih suka kagetan, apalagi tambah peran. Beberapa waktu lalu, juga sempat berada pada keadaan yang sama, melakukan peran ganda, hamil sambil kuliah! Pun dengan segudang kekhawatiran sebelum memutuskannya, hamil anak pertama, belum pengalaman, kuliah padat semester awal, fisik yang belum kembali fit, tempat tinggal, harus Long Distance Merriage (LDM) dengan suami (baca juga tulisan suami tentang LDM : Menuju Purnama Pertama LDM) dan kekhawatiran lainnya. Tidak boleh ada yang dikesampingkan, keduanya adalah kebaikan, tentu tidak saling menjadi alasan. Rasa khawatir pada sesuatu yang "tidak biasa" (mungkin) adalah wajar, tapi harus segera ditepis dengan mengembalikan pada tekad kuat yang pernah tertanam dalam diri. Untuk mengembalikan keyakinan dan tekad, perlu mengingat beberapa bulan yang lalu, saat keyakinan memutuskan untuk menjalankan kuliah sembari hamil.

Pertimbangan kesehatan menjadi hal paling utama, yang saat itu (qodarulloh) di awal kehamilan muncul flek dan kadang mual, bahkan saat daftar ulang masih keluar flek. Kekhawatiran mulai menghantui, gimana kalo kuliah nanti? “Flek itu obatnya bedrest, Mba” kata dokter. Sedangkan kuliah pasti banyak aktivitas. Keduanya tidak boleh ada yang dikesampingkan, tapi juga tidak ngoyo (berlebihan). Yang cukup-cukup aja, gizi cukup, istirahat cukup, belajar juga cukup, sesuai porsi. Mencoba mengusahakan tugas agar tidak merampas hak waktu tidur malam, begitupun sebaliknya. Air minum dan camilan selalu menjadi teman yang selalu ada saat ngampus, hal tersebut dalam rangka memenuhi hak tubuh yang sedang hamil. Di sela-sela mata kuliah kosong, selalu menyempatkan untuk istirahat walau hanya selonjoran di kursi kelas. Dan menjadi mahasiswa kali ini saya memilih untuk menjadi mahasiswa yang setelah kuliah langsung pulang kosan, kupu-kupu hehe. Semuanya adalah bagian dari ikhtiar atas jalan keyakinan yang sedang ditempuh.  Maka, tantangan paling sulit adalah ikhtiar untuk menyeimbangkan semuanya.

Saya mulai kuliah di usia kehamilan 3 bulan menuju 4 bulan (boleh mampir ke tulisan ini : Trimester Pertama dan Keputusan yang Harus Disegerakan). 12 sks mata kuliah di semester satu, ekspektasinya, akan ada banyak waktu luang untuk istirahat, memanjakan diri, atau sekedar senam-senam ala bumil. Realitanya, 12 sks serasa 24 sks, full senin - jumat, dengan segudang tugas. Sebenernya 24 jam itu panjang, tapi kita aja (tepatnya saya hehe) yang kadang kebanyakan leisure time nya, buka medsos, ngepoin ini itu, tau-tau berjam-jam udah berlalu. Terus baru niat nugas aja, banyak banget alesannya "bentar, jajan ini dulu biar melek. Kayaknya perlu rebahan dulu deh, biar makanannya turun. Buka-buka i* dulu ah bentar". Eh, pas waktunya nugas, baru setengah jam, udah ngantuk. Dan dari setengah jam nugas, mungkin fokusnya beberapa menit doang hehe. Tapi sisi lain, tugas demi tugas mengalihkan saya pada keluhan-keluhan ibu hamil pada umumnya, 3 bulan pertama gak banyak aktivitas, malah terasa lebih lama, keluhan-keluhan ada aja yang dirasa, sedang bulan-bulan berikutnya yang nyambi kuliah terasa lebih cepat, tau-tau udah bulan kedelapan, masa hamil akan segera berakhir, pun beriringan dengan berakhirnya kuliah semester 1. Terima kasih tugas, hmm.

32 Weeks